Teori Keagenan dalam Manajemen Laba
Teori Keagenan dalam Manajemen Laba
Teori Keagenan (Agency Theory)
Hubungan
keagenan merupakan suatu kontrak dimana satu atau lebih orang (prinsipal)
memerintah orang lain (agen) untuk melakukan suatu jasa atas nama prinsipal
serta memberi wewenang kepada agen membuat keputusan yang terbaik bagi
prinsipal. Jika kedua belah pihak tersebut mempunyai tujuan yang sama untuk
memaksimumkan nilai perusahaan, maka diyakini agen akan bertindak dengan cara
yang sesuai dengan kepentingan prinsipal.
Teori keagenan mendeskripsikan hubungan antara
pemegang saham (shareholders) sebagai prinsipal dan manajemen sebagai
agen. Manajemen merupakan pihak yang dikontrak oleh pemegang saham
untuk bekerja demi kepentingan pemegang saham. Karena mereka dipilih, maka
pihak manejemen harus mempertanggungjawabkan semua pekerjaannya kepada pemegang
saham.
Menurut
teori keagenan, konflik antara prinsipal dan agen dapat dikurangi dengan
mensejajarkan kepentingan antara prinsipal dan agen. Kehadiran kepemilikan
saham oleh manajerial (insider ownership) dapat digunakan untuk mengurangi agency
cost yang berpotensi timbul, karena dengan memiliki saham perusahaan
diharapkan manajer merasakan langsung manfaat dari setiap keputusan yang
diambilnya. Proses ini dinamakan dengan bonding mechanism, yaitu
proses untuk menyamakan kepentingan manajemen melalui program mengikat
manajemen dalam modal perusahaan.
MANAJEMEN LABA
Manajemen laba merupakan area yang kontroversial dan penting dalam akuntansi keuangan. Manajemen laba tidak selalu diartikan sebagai suatu upaya negatif yang merugikan karena tidak selamanya manajemen laba berorientasi pada manipulasi laba. Manajemen laba tidak selalu dikaitkan dengan upaya untuk memanipulasi data atau informasi akuntansi, tetapi lebih condong dikaitkan denganpemilihan metode akuntansi yang secara sengaja dipilih oleh manajemen untuk tujuan tertentu dalam batasan GAAP.
Pihak-pihak yang kontra terhadap manajemen
laba, menganggap bahwa manajemen laba merupakan pengurangan dalam keandalan
informasi yang cukup akurat mengenai laba untuk mengevaluasi return dan resiko
portofolionya (Ashari dkk, 1994 dalam Assih, 2004).
Faktor-faktor pendorong manajemen laba
Dalam Positif Accounting Theory terdapat
tiga faktor pendorong yang melatarbelakangi terjadinya manajemen laba (Watt dan
Zimmerman, 1986), yaitu:
1. Bonus
Plan Hypothesis
Manajemen akan memilih metode akuntansi yang memaksimalkan utilitasnya yaitu
bonus yang tinggi. Manajer perusahaan yang memberikan bonus besar berdasarkan laba lebih banyak menggunakan metode akuntansi
yang meningkatkan laba yang dilaporkan.
2. Debt
Covenant Hypothesis
Manajer
perusahaan yang
melakukan pelanggaran perjanjian kredit cenderung memilih metode akuntansi yang
memiliki dampak meningkatkan laba (Sweeney, 1994 dalam Rahmawati dkk, (2006).
Hal ini untuk menjaga reputasi mereka dalam pandangan pihak eksternal.
3. Political
Cost Hypothesis
Semakin besar perusahaan, semakin besar pula kemungkinan
perusahaan tersebut memilih metode akuntansi yang menurunkan laba. Hal tersebut
dikarenakan dengan laba yang tinggi pemerintah akan segera mengambil tindakan,
misalnya: mengenakan peraturan antitrust, menaikkan
pajak pendapatan perusahaan, dan lain-lain.
Menurut Ayres (1994:27-29)
terdapat unsur-unsur laporan keuangan yang dapat dijadikan sasaran untuk dilakukan
manajemen laba yaitu :
Ø
Kebijakan
Akuntansi
Keputusan manajer untuk menerapkan
suatu kebijakan akuntansi yang wajib diterapkan oleh suatu perusahaan, yaitu
antara menerapkan akuntansi lebih awal dari waktu yang ditetapkan atau
menundanya sampai saat berlakunya kebijakan tersebut.
Ø
Pendapatan
Dengan mempercepat atau menunda
pengakuan akan pendapatan.
Ø
Biaya
Menganggap sebagai beban/ biaya atau
menganggap sebagai suatu tambahan investasi atas suatu biaya (amortize or
capitalize of investment).
Teknik Manajemen Laba
Ada tiga cara yang dapat
digunakan untuk melakukan manajemen laba pada laporan keuangan yaitu:
ü
Memanfaatkan
peluang untuk membuat estimasi akuntansi
Cara ini merupakan cara manajer untuk mempengaruhi laba melalui judgement terhadap
estimasi akuntansi antara lain: estimasi tingkat piutang tak tertagih, estimasi
kurun waktu depresiasi aktiva tetap atau amortisasi aktiva tak berwujud,
estimasi biaya garansi, dan lain-lain.
ü
Mengubah
metode akuntansi
Perubahan metoda akuntansi yang digunakan untuk mencatat suatu transaksi,
contoh: mengubah metoda depresiasi aktiva tetap, dari metoda depresiasi angka
tahun ke metoda depresiasi garis lurus.
ü
Menggeser
perioda biaya atau pendapatan
Beberapa orang menyebutkan rekayasa jenis ini sebagai manipulasi keputusan
operasional. Contoh: rekayasa perioda biaya atau pendapatan antara lain:
mempercepat atau menundapengeluaran untuk penelitian sampai perioda akuntansi
berikutnya, mempercepat atau menunda pengeluaran promosi sampai perioda
akuntansi berikutnya, mengatur saat penjualan aktiva tetap yang sudah tidak
dipakai, dan lain-lain.
0 Response to "Teori Keagenan dalam Manajemen Laba"
Posting Komentar